Leibniz memandang dan melihat realitas sebagai dan terdiri dari banyak substansi. Substansi ini dinamakannya dengan monad. Monad memiliki akar kata monos : satu; monad:satu unit. Monad baginya merupakan suatu kesatuan terkecil dalam metafisika. Yang dimaksudkan dengan terkecil di sini tidak dalam arti ukuran melainkan berarti tidak berkeluasan. Monad itu bukan benda jasmaniah melainkan kenyataan mental (non-material) yang terdiri dari persepsi dan hasrat. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa monad merupakan kesadaran diri tertutup, sejajar dengan apa yang dikatakan dengan cogito oleh Cartesius.
Dengan kata lain, sebagai substansi nonmaterial, monade bersifat:
- Abadi, tidak bisa dihasilkan ataupun dimusnahkan;
- Tidak bisa dibagi (bertentangan dengan substansi “keluasan” Descartes yang mengandaikan sifat dapat dibagi);
- Individual atau berdiri sendiri, sehingga tidak ada monade yang identik dengan monade lain (bertentangan dengan Spinoza: Allah atau alam);
- Mewujudkan kesatuan yang tertutup, atau kata Leibniz sendiri: “tidak berjendela seolah-olah bisa masuk atau keluar” ; namun
- Mampu bekerja berkat daya aktif dari dalam dirinya sendiri. Kerja dari dan oleh dirinya sendiri ini terdiri dari kegiatan mengamati dan menginginkan. Karena inilah, Leibniz mendefinisikan monade sebagai “atom-atom sejati dari alam” dan hanya apabila monade tersebut ada dalam “jasad-jasad organik” , maka monade-monade itu akan menjadi “prinsip kehidupan”.
Penjelasan Leibniz tentang monad menimbulkan persoalan yang cukup pelik. Hal ini berkaitan dengan pengenalan realitas yang ada di luar diri. Bagaimana monad-monad itu saling mengenal sebab monad itu “tidak berjendela”? Berkaitan dengan hal ini, Leibniz menjelaskan pengenalan terhadap kenyataan sebagai berikut. Monad itu memiliki sifat-sifat yang jumlahnya tidak terhingga sehingga keberadaan suatu monad mencerminkan keberadaan seluruh alam semesta dari sudut pandangnya. Suatu monad mencerminkan monad lainnya. Namun demikian, dalam pengenalan tersebut ada tingkat-tingkat kejelasannya. Berdasarkan tingkat kejelasan pengamatan itu, monade dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, monade yang hanya memiliki gambaran gelap dan sama sekali tidak disadari, yakni monade-monade yang menyusun benda-benda organik. Kedua, monade yang telah memiliki gambaran agak terang, yaitu monade yang memberi pengenalan indrawi dan memori, misalnya monade-monade penyusun manusia dan hewan. Ketiga, monade yang memiliki gambaran yang terang dan kesadaran diri (apperceptio), yakni jiwa manusia ynag mengenal hakikat segala sesuatu secara sadar dan mampu mengungkapkan apa yang dilihatnya ke dalam suatu definisi.
Konsep Leibniz tentang ketertutupan dan sifat isolatif monade ternyata menyisakan pula perihal keteraturan atau keharmonisan yang terjadi dalam monade itu. Berhadapan dengan pertanyaan tentang dari mana datangnya atau yang menjadi sumber keteraturan itu, Leibniz akan menjelaskannya sebagai berikut. Bagi Leibniz,
Allah, pada saat penciptaan, telah mengadakan keselarasan yang telah ditentukan sebelumnya (pre-established harmony) di antara monad-monad. Dengan demikian, meskipun monad itu berdiri sendiri, mereka tokh cocok satu sama lain sehingga menimbulkan kesan bahwa mereka berinteraksi satu sama lain. Moment atau peristiwa yang terjadi pada satu monad cocok dengan peristiwa yang terjadi pada monad lain. Jadi hubungan yang timbal balik di antara monad-monad hanya kelihatannya ada.
Bagi Leibniz, adanya keteraturan yang harmonis dalam jagad raya menunjukkan keberadaan
Allah. Fakta ini juga memperlihatkan bahwa dunia kita adalah dunia yang paling baik dari semua dunia yang mungkin pernah ada sebagai ciptaan. Pandangan ini lebih lanjut akan diuraikan dalam pembuktian akan adanya
Allah. Dari uraian dan kaitannya tentang monade, Leibniz kemudian mengatakan bahwa
Allah itu adalah juga monad, tetapi bukan sembarang monad melainkan monad purba (Urmonade) yang merupakan aktivitas murni, actus purus.
[+/-] ReadMore...
[+/-] Sum.....