Get paid To Promote at any Location
Pertengahan Oktober 2009, saya coba mengikuti Paid-To-Promote.Net. Eh, ternyata tanggal 30 Oktober, sudah dibayar, walau hanya 0,93 dolar ke paypal saya. Program ini mempunya keteraturan membayar setiap tanggal 15 dan 30, berapapun nilai dolar yang kita dapat. Tak perlu nunggu 100 dolar seperti program lain. Bagaimana cara mengikutinya? Mudah saja, silakan register dengan referal saya. Jika Anda referal saya, maka Anda akan saya bimbing. Klik saja kata iklan tulisan "Get Paid to Promote at Any Location!"
berwarna pink di atas ini.

Ini contoh recehan dollarnya...

AAderiau Balance History
Date Amount Note Balance After
Date: 2009-10-30 11:08:27 - $0.93 2009-10-30 Pay to paypal: dewa.gratia@gmail.com $0.00

Hello Rakadewa,

chen zirong just sent you money with PayPal.

Payment details
Amount: $10,93 USD
Transaction Date: Oct 30, 2009
Subject: paid-to-promote.net 2009-10-30

Philosophy is a game with objectives and no rules.
Mathematics is a game with rules and no objectives.
Theology is a game whose object is to bring rules into the subjective.

Wednesday, April 29, 2009

HABERMAS Tentang Demokrasi

"Rekan-rekan se-Tanah Air INDONESIA, Detik-Detik Menjelang PEMILU 2009 kian dekat. Kita bersyukur karena negara kita adalah negara yang berdemokrasi. Ada baiknya jika kita sejenak berdialog dengan Filsuf Besar Modern abad 21 ini, HABERMAS, tentang Demokrasi:"


Semenjak runtuhnya komunisme, Habermas mulai mengalihkan sebagian perhatiannya pada analisa tentang proses demokrasi dalam era pasca komunisme. Menurutnya: “..... dalam keadaan suatu politik yang sepenuhnya sekular, negara hukum tanpa demokrasi radikal tidaklah dapat dimiliki dan tidak dapat dipertahankan. ....”

Habermas berangkat dari perhatiannya pada perkembangan dan perubahan masyarakat dalam era modern. Masyarakat mengalamai perkembangan pesat sebagai akibat dari proses modernisasi. Sistem-sistem dalam masyarakat mulai mengembangkan belalai-belalainya dan mengatur komunikasi dalam masyarakat. Menurutnya, sistem dalam masyarakat kapitalis semakin membesar sedangkan lebenswelt (dunia kehidupan) semakin mengecil. Sistem mulai mengatur setiap langkah masyarakat yang ada di dalamnya.
Akibatnya, komunikasi tidak lagi menyentuh pada persoalan, kurang santai, tegang dan sarat konflik. Semua hal dalam relasi masyarakat menjadi semakin sistematis sesuai dengan apa yang dikehendaki para kapitalis. Tiga elemen dalam pemikiran Habermas, yakni negara, pemodal, dan masyarakat tidak lagi berjalan sendiri tetapi diatur oleh kapital. Lebih dari itu, Negara pun menjadi bagian dari kaum kapital itu. Padahal, menurut Habermas, demi suatu integrasi sosial yang diperlukan adalah lebenswelt di mana di dalamnya terjadi komunikasi/proses diskursif. Proses diskursif itu haruslah melibatkan semua elemen dalam lebenswelt.
Habermas menyadari bahwa dalam lebenswelt ada pembatasan secara faktual peran setiap individu. Pembatasan ini mengakibatkan adanya pengurangan dalam peran-peran setiap individu. Untuk itu diperlukan hukum. Bagaimana? Habermas mengatakan demikian, “... bahwa hanya undang-undang yuridis yang di dalam proses diskursif pengesahan hukum yang dimengerti secara legal dapat disetujui oleh semua subjek hukum boleh mengklaim tatanan yang legitim...”
Demokrasi radikal yang dimaksudkan habermas dalam kutipan dia atas mendasarkan dirinya pada prinsip diskursus yang menekankan partisipasi serta kesetaraan antara warga masyarakat dalam praktik debat publik, yang melibatkan mereka yang berkepentingan atas keputusan itu. Artinya, segala keputusan publik harus melibatkan semua elemen masyarakat, yang nantinya akan terkena dampak dari keputusan tersebut dalam diskursus publik yang setara dan bebas dominasi. Karena adanya diskursus ini, maka terjadi perbincangan dalam ruang publik, yang terus menerus. Proses seperti inilah yang disebut sebagai sebuah Demokrasi Deliberatif (Demokrasi bersifat deliberatif jika “proses pemberian suatu alasan atas suatu kandidat kebijakan publik diuji lebih dahulu lewat konsultasi publik atau lewat diskursus publik.” (F. Budi Hardiman, “Demokrasi Deliberatif: Model untuk Indonesia Pasca-Soeharto?”, dalam Basis, no. 11-12, Nov-Des 2004, hl. 18).

[+/-] ReadMore...

HABERMAS at Deliberative Democracy

“My Friends in INDONESIA, Now, is GENERAL ELECTION 2009. We are grateful because our state [is] state which democratizing. It is better if us a moment dialogue with Modern Big Philosopher [of] 21 century this, HABERMAS, about Democracy:"

Since collapse communism him, Habermas start to transfer some of its attention analysis about process democratize in era of past communism. According to him “..... At a state of politics which fully secular, body politic without radical democracy is not can have and is indefensible ....”
Habermas leave from its attention growth and change of society in modern era. Society experiences of fast growth in consequence of modernization process. Systems in society start to develop its trunks and arrange communications in society. According to him, system in big capitalists society progressively while lebenswelt (world life) progressively minimize. System start to arrange at every society step exists in depth.

As a result, communications shall no longer touch at problem, less easy going, strained and is loaded of conflict. All the things in society relationship become systematic progressively as according to what desired all capitalist. Three elements in idea of Habermas, namely state, capital, and society shall no longer walk by it but arranged by capital. More than that, State even also become the part of clan of capital that. Though, according to Habermas, for the shakes of a social integration the needed is lebenswelt where in him happened communications/process discursive. Process that discursive shall entangle all elements in lebenswelt. Habermas realize that in lebenswelt there is demarcation by factual role each individual. This demarcation result the existence of reduction in roles each individual. For that needed by law. How? Habermas tell that way “... that only law of law which in process of discursive authentication of law understood legally can agree by all law subject may claim rules which is legitimate...”
Radical democracy which meant by Habermas in citation he is to the basing itself a] principle of discursive emphasizing participation and also equivalence [among/between] society citizen in public debate practice, which entangle them which is have importance [to] of that decision. Its meaning, all decision of publics have to entangle all society elements, what later will be hit by impact of the decision in free and equivalent public discourses [of] domination. Caused by this discourses, hence happened conference in public room, continuous. Process like conceived of by this a Democracy of Deliberative Democracy have the character of deliberative if “gift process a reason of to the candidate policy of public tested in advance pass public consultancy or pass public discourses.” ( F. Kindness of Hardiman, “Democratize Deliberative: Model for the Indonesia of Pasca-Soeharto?”, in Bases, no. 11-12, Nov-Des 2004, hl. 18).


[+/-] ReadMore...

Need us. Just contact in: themodernphilosophy@gmail.com
We will give you Free, some comprehensive theses all about philosophy.

(Anda ingin mendapatkan tesis-tesis komprehensif tentang filsafat lengkap dengan penjelasannya. Gratis! silahkan kirim email anda di themodernphilosophy@gmail.com !)